26 Sep 2014

Trip To Dieng Plateau - Part II

Jalan raya ditengah sawah
Source: heri-sugianto.blogspot.com
                Kami berangkat kurang lebih jam 9, tapi karena Disya dan Yayan belum sarapan akhirnya kita berhenti di sebuah warung pecel di sekitar UNNES. Sialnya, warungnya itu rame bingitz. Otomatis kan kita harus nunggu pesenan, ditambah lamanya makan, jadi kurang lebih jam 10-an kami berangkat dari Semarang.  Perjalanan ke Dieng kami mengandalkan petunjuk arah GPS dari HP-nya Deki, karena tak satupun dari kami yang tahu jalan ke arah Dieng. #Tips: Diusahakan memiliki HP ber-GPS untuk plan-B kalau misal kalian nyasar#. Beruntung selama perjalanan selalu ada siyal, jadi bisa terus pakai GPS. Kami memakai 2 motor : Yayan-Deki & Yoyo-Disya.


        Perjalanan memakan waktu selama + 5 jam, tapi karena begitu banyak pemandangan menarik yang bisa dilihat, 5 jam pun tak terasa apalagi jika sudah sampai di kota Wonosobo-nya. Kami sempat berhenti sejenak saat ada di persimpangan antara Magelang-Temanggung. “Yan, kok berhenti? Kenapa?” tanya gue, “Belok mana nih? Kiri atau kanan?” Jawab Yayan. Si Deki sebagai navigator kami langsung angkat bicara dengan santainya “Jangan panik guys, biar gue liat GPS dulu.” Tak lama kemudian “Emm...”, Yayan “Emm apaan?? Buruan kita di pinggir arteri nih, bahaya tau”, jawab Deki dengan suara seriosa-nya “Belok kanaaan arah Temangguuung”. Saat mau lanjut jalan lagi, tiba-tiba gue denger suara ribut-ribut dari arah dibelakang. Ternyata oh ternyata di belakang motor gue ada motor lain yang berhenti, dia juga bingung mau belok kiri atau kanan, suaranya ribut banget kayak kucing kawin men.

                Saat memasuki kawasan kota Temanggung, hawanya mulai agak dingin ditambah motor kami yang membelah angin sepoi-sepoi membuat atsmofir-nya berubah, bawaanya pingin tidur di atas kasur empuk dan nyaman sambil ngolet-ngolet (hoaaam..Zzz). Tiba-tiba ada yang membentur helm gue, ctaaakk!.. taakk!.. gue liat sepion. “WOOII!! Tidur loe Dis?!” gue teriak karena Disya ketiduran, “He em.. Ngantuk berat nih..” Disya dengan suara males. Sebenernya masalah ini yang paling menganggu saat liburan ke tempat jauh pakai motor, kalau udah ngantuk mau gak mau harus stop dulu agar terhindar dari hal-hal yang tak di inginkan. #Tips: Jangan memaksakan diri apabila sudah mulai lelah, istirahat juga bagian dari perjalanan, cuy#. Gue rada ngebut biar bisa nyusul Yayan didepan buat lapor kalo Disya udah K.O. Gue teriak “Oi Yan, Disya ngantuk neh!” “Waduh terus gimana dong?”, “Stop di minimarket dulu aja”. Tak lama kami pun berhenti di sebuah minimarket ber-logo lebah. Kami membeli banyak macam makanan yang bisa menahan rasa kantuk, minuman berenergi, roti basah, hingga permen karet.

               Kamipun istirahat di minimarket sebentar selama 5 menit, makan dan minum untuk  mengembalikan stamina, tak lupa permen karet di emut dulu sebelum kembali ke jalan. “genk, ngemut permen karet dulu biar gak ngantuk. Artinya gue ngomong sama elu Dis!”, jawan Disya “iya..iyaa.. mangap deh. Sini biar gue emut” (ini ngemut permen karet, bukan yang lain loh :v ). Kita mulai jalan lagi, back-on-track. Tak lama kamipun sampai di daerah perkotaan, setelah mati-matian menahan kantuk yang menyiksa ini karena hawa menyegarkan dari pepohonan dan sawah di tambah jalan yang sepi, tapi saat tiba di perkotaan ceritanya beda lagi. Di perkotaan jalannya mulai pelan-pelan karena kondisi jalan yang padat merayap. Apalagi pas ngelewati pasar, BEHH! Jalan kaki lebih cepet mungkin. Macet itu biasanya karena angkot yang parkir sembarangan (di Semarang, angkot sering jadi momok kemacetan), tapi ini nggak, men. Gue pikir “Ini kenapa sih!? Kok gak jalan-jalan juga, angkot parkir sembarangan nih pasti”. Tapi tak kusangka dan tak kuduga, ternyata ada biangnya itu taxi jadoel a.k.a dokar yang lagi puter balik. Gue dalam hati “Huufftthh.. Dasar koboi amatiran! Bener-bener setetes otaknya!”, kasian kan kudanya di teriaki orang-orang, mana jalannya pelan lagi, pikir gue “koboi amatiran ini apa gak mikirin perasaan kudanya ya? Gimana kalau kuda ini adalah tulang punggung keluarganya! Gimana kalau misal dia kuda yang hidup sebatang kara! Kalau kudanya gak mau puter balik ya mungkin dia udah capek dengan masa lalunya dan dia mau move-on” (kudanya galau). Tapi demi kelancaran berlalu-lintas, akhirnya dokar-nya pun diutamakan biar semuanya bisa lewat dan gak macet lagi.
Dokar Temanggung
Dokar
Src: travel.detik.com

                Akhirnya kami pun terbebas dari belenggu kemacetan sang dokar. Perjalanan masih jauh dengan kondisi siang hari yang panas, membuat energi kami lebih cepat terkuras hingga permen karet yang gue kunyah dari minimarket yang tadinya kenyal dan manis jadi mengeras dan hambarrr (kek ngunyah kertas). Waktu terus berlalu, kami melewati daerah perkotaan yang tenang sekitar Temanggung. Suasana tenang itu membuat gue lengah, tak ku sadari jalan raya yang tadinya lebar tiba-tiba mengkerut alias menyempit. Kemacetan terulang kembali, tapi macet kali ini dipersembahkan oleh lampu lalu-lintas di perempatan karena jalannya yang sempit. Sang navigator tiba-tiba berkumandang di tengah kemacetan. Si Deki ngomong ke Yayan dan Yayan ke gue, “Yo, bis ni lok nan!”, Gue gak kedengeran “Apa!?” sambil gue mepet ke kiri jalan. Langsung dengan sigap Disya memperjelas perkataan Yayan tadi, “BELOK KANAAAN YOOO!!”. Seperti yang gue bilang tadi, gue lengah, gue nengok ke Yayan yang mau belok kanan, kemudian dengan respon yang cepat gue langsung banting stir, dari mepet kiri ke mepet kanan. Saat proses mepet ke kanan itulah terjadi incident. Motor gue nyrempet motor seorang bapak-bapak dan ban depan gue menabrak kakinya, oh shit!. Disya kaget “KYAAAAA!!”, gue “Waduuh! Anjrit! Cemet! Busheet! Elahdalah!”. Tapi untungnya motor gue gak sampe jatuh, cuma oleng dikit. Gue sebagai laki-laki sejati dengan rasa penuh tanggung jawab, gue pun menghampiri si bapaknya. Gue bilang “Pak, bapak gak papa?”, si bapak menjawab “Gak papa dek, udah, bapak gapapa”. #Tips: Jika terjadi hal demikian, jangan langsung lari kepanikan tapi harus tanggung jawab#. Kemudian gue buru-buru belok kanan menyusul si Yayan dan Deki. Ternyata mereka berhenti di sebuah warung kosong, sedang mengkhawatirkan keadaan gue dan Disya.. hehe. Yayan “Yo, gimana tadi? Loe gapapa kan?”, jawab gue “Ya masih utuh, bapaknya juga gapapa kok”. Untuk menenangkan pikiran, kami memutuskan istirahat sebentar di warung kosong tadi. Disya kembali sibuk dengan tabletnya, mungkin dia sedang update status soal kejadian tadi. Yayan sedang meng-cek kondisi motor kebanggaannya dan Deki masih melaksanakan tugasnya sebagai navigator. Sedangkan gue masih kepikiran incident tadi (biasalah penyakit lama), terus tiba-tiba ada arus pendek di otak minim gue ini yang mengatakan “Oh iyaa, tadi gue belum sempat minta maaf sama bapaknya ya. Damn!” (jujur itu kek ada yang mengganjal di hati dan pikiran gue untuk waktu yang lama).

                  Tak lama kami kembali lanjut, tapi ini bukan jalan raya lagi melainkan jalan kampung, kiri-kanan rumah warga semua beserta jalan yang berjerawat gede-gede. Setelah berjalan zig-zag di perkampungan yang bau ayam tadi, kami menemukan SPBU, langsung mampir aja dah.

              Bahan bakar sudah terisi full, sekarang menyusul Deki dan Disya yang masih menunggu di pojokan SPBU (mojok kali mereka? hehe). “Ayok berangat lagi”, gak ada angin gak ada petir tiba-tiba si Deki ini minta tukeran tempat sama Disya. Deki “Yo, ntar boncengan ama gue ya?”, gue terima “Ya udah, tapi ngomong sama Disya dulu sono”. Kemudian Disya dan Deki bernegosiasi di pojokan SPBU, “Dis, dari sini loe bonceng Yayan.. bla..bla..bla..”, gue ngeliat raut wajah Disya kayak cewek pasrah yang mau di apain aja.. muehehe. Keadaan jadi berbalik yang tadinya Yayan-Deki di posisi pertama sedangkan Yoyo-Disya di belakang (yaelaah! Navigator-nya harus ada didepan keleus), sekarang Yoyo-Deki memimpin dan Yayan-Disya membuntutui di belakang (yeah makan debuku!! haha). Di tengah perjalanan Deki berbisik-bisik ke gue “Yo, loe tahu gak kenapa gue pindah mbonceng sama loe?”, dengan rasa penasaran gue jawab “Nggak tahu. Emang kenapa, Dek?”, Deki menjawab dengan suara kemenangan “Itu karena jok motornya Yayan keras banget kek duduk di atas batu, batunya batu kali. Gak kayak punya loe yang empuk ini, bagai duduk diatas bantal.. wahahaha”. Aku cuma bisa tersenyum. Gue pikir mereka tukeran itu gara-gara pingin gue boncengin, karena sensasi berkendara gue yang bergelora (apaan sih!?). Menurut gue pertukaran tempat antara mereka ini, seperti semacam perebutan wilayah zona nyaman yang dilakukan Deki terhadap Disya. Ahh gak penting, yang penting itu bisa sampe tujuan dengan selamat.

                Singkat cerita, lebih disingkat lagi. Diperjalanan gue mencium bau-bau Dieng, ternyata kami sudah sampai di daerah Wonosobo, itu artinya tujuan kami sudah dekat. Di Wonosobo kami melewati sebuah taman mirip banget sama Simpang Lima Semarang cuma ukurannya jauh lebih kecil, tapi tetap tak kalah menarik. Kami jalan muter-muter gak jelas di zona residental, ini mungkin GPS-nya udah mulai ngantuk. Ternyata Dieng-nya masih jauh banget, men, itu belum termasuk tanjakan menuju puncaknya.

Game Fruit Ninja
Src: fruit-ninja-free.en.softonic.com
            Setelah sekian lama muter-muter, jalannyapun mulai naik dan gue liat ada papan petunjuk arah yang warnanya hijau tuir itu bertuliskan ‘Dieng’ dengan arah panah ke atas. Arah panah keatas itu menunjukan kalo Dieng-nya ada di atas sana (over genius). #Tips: Saat bepergian jauh, jangan lupa untuk melihat papan petunjuk warna hijau tua#. Tak terasa jalanan yang tadinya datar dan damai tib-tiba berubah jadi tanjakan yang agak serius. Kami sempat ragu dengan jalan yang mencurigakan ini, dan memutuskan untuk berhenti sebentar guna membahas kebenaran jalan tanjakan ini. Gue tanya ke Deki “Dek, gimana? Bener gak ini jalannya?”, lalu Deki mengeluarkan smartphone tercintanya “Bentar, biar gue tanya GPS dulu”. Dia utak-utek HP kayak lagi main game Fruit Ninja gitu. “Iyak, benol, bener dan betol. Gak salah lagi ini jalannya. Yok let’s go!!” Deki dengan suara lantang, gue kira kesambet ini orang. ”Oke!” dalam hati, gue merasa kek ada yang menunggu di atas sana, begitu banyak kesenangan yang sudah ng-time untuk dinikmati.

0 Coretan:

Posting Komentar

Kirim Pesan yuh

foxyform
 
;