26 Sep 2014

Trip To Dieng Plateau - Part IV

Bougenville Homestay
Source: panoramadieng.com
Back-on-track lagi. Kita melanjutkan pencarian homestay Bougenville kembali, dengan menelusuri komplek Candi Arjuna. Baru jalan beberapa meter, ehh gue dikagetkan dengan jalan buntu indah berhiaskan pemandangan yang super pecah. “Jalan buntu nih, Dek” gue melapor sambil ngeliat pemandangan, Yayan yang mengikuti gue dibelakang juga ikutan melapor “Mau kemana loe, Yo? Buntu tuh”. Dengan masih melihat pemandangan tadi gue teriak ke Yayan “Balik arah, Yan”. Akhirnya kami bangting stir dan kembali ke tulisan ‘Komplek Candi Arjuna’ tadi. Nah ketika kami jalan balik, tiba-tiba ada cahaya dari surga turun menyinari sebuah papan nama kecil hingga membuat kami semua tercengang melihat rumah bertingkat bertuliskan Bougenville, dan dengan kompaknya kita semua teriak “nah itu dia Bougenville!!”, gue ngomong pelan “Pantas saja susah dicari. Orang tulisannya aja kecil-kecil, ketutupan palang minimarket pula. HADEEEH!!”.

  Kami berhenti tepat di depan Bougenville, dilihat dari luar sih kayaknya tempatnya nyaman. Gue berjalan kearah pintu, mengetuk pintu tapi ga ada yang bukain. “Permisi!!” gue mengeraskan suara. Tiba-tiba dari dalam ada sesosok makhluk sangar berwarna hitam legam keluar dari kegelapan ruangan. Ooh ternyata itu si bapak pemilik homestaynya, gue kira bakal muncul makhluk Yeti berbulu hitam dan menyeramkan gitu haha. “Siang pak, kami yang booking kamar dari Semarang pagi tadi atas nama Deki.” “Ooh kalian yang dari Semarang itu ya? Pesan 2 kamar kan?” bapaknya nanya ke gue, “iya, pak, bener”.

Akhirnya kami sampai di homestay Bougenville + jam 3-an. Kami pesan dua kamar dengan posisi berhadapan, satu kamar untuk Disya seorang karena cuma dia ceweknya dan satu kamar lagi untuk kami bertiga para cowok sejati. Kami memilih kamar di lantai dua sebenernya supaya terasa privasinya, tapi kayaknya percuma deh karena sore harinya ada sekumpulan cewek-cewek ABeGe juga menyewa kamar di lantai dua sebelah kamar gue dan kamarnya Disya. Asudahlah... 

Pada akhirnya kami bisa sampai ke Dieng dan homestay dengan selamat, itu yang penting. Sesampainya di homestay kami langsung menata barang-barang bawaan, kemudian gue taruh kaki gue di meja, kepala gue di lemari, tangan di centelin di gantungan dan badan gue di kasur, tepar sudah yeeeaaahh.... Karena saat itu masih jam 3 sore, kami tidak mau membuang-buang waktu yang berharga ini untuk tidur-tiduran saja (tapi tetap istirahat paling gak 10 menit-an biar gak nge-drop). Akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan di sekitaran Candi Arjuna tadi, tapi yang pasti kami makan dulu untuk mengisi perut lapar yang tak tertahankan ini. Kebetulan ada kopi gratisan dideket ruang TV (bonus dari si bapak), tanpa basa-basi Disya langsung buat kopi anget untuk kami berempat, lumayanlah buat ngangetin badan.

Peta Bougenville
       Sembari ngopi di kamar cowok kami juga menyiapkan strategi perang untuk melawan rasa lapar. Disya, Deki membeli makanan di minimarket sebelah, gue juga ikut untuk melindungi mereka kalau ada serangan dadakan, dan Yayan berjaga di markas Bougenville (halah apaan sih.. Ribet banget deh!). Kita bertiga keluar berburu camilan di minimarket, untung letak homestaynya ini strategis jadi kemana-mana itu dekat. Kami masuk ke markas musuh alias minimarket, semua berpencar berburu semua yang dibutuhkan dan tentunya sesuai isi dompet kami juga. Pas gue muter-muter berburu jajan di minimarket, mata gue gak sengaja ngeliat Disya dari jauh yang sedang memasang wajah bahagia dengan mulutnya yang mangap-mangap, mukanya seperti disinari cahaya dari bawah bagaikan melihat harta karun. Lalu tiba-tiba dia manggil gue dan Deki “Yo, Dek, sini deh”, gue dan Deki nyamperin. Disya “Gimana kalo kita beli mie gelas saja? Dari pada chiki, gak kerasa kek makan angin”, gue tanya “terus air panasnya?”, “kan dipojok situ ada air panas gretongan” sambil menunjuk alat pemanas air di sudut minimarket. “bener juga, yaudah ambil empat yang mana saja terserah”. Singkat cerita kami beli 3 chiki, 4 mie gelas, dan 1 minuman langsung di bawa ke tukang itung (kasir). Semuanya sudah dibayar, Disya ini buru-buru pergi ke mesin pemanas air yang dimaksud tadi, 4 mie gelas dibuka dengan susah payah sampai bumbu-bumbunya berjatuhan, gue ngomong pelan “slow aja kenapa sih”. Setelah semua mie-nya kebuka dan siap-siap untuk di isi air panas, yang dipikirin ke-3 orang ini adalah “ayo cepetan!!, udah laper banget neh!!”. Dan ternyata hidup ini memang tidak seindah sinetron, air panasnya habiiss, coeg!! Wajah Disya yang tadi bercuaca cerah ini tiba-tiba berubah menjadi badai petir, JEGLEER! CETARR!! GLUDUK-GLUDUUK!!! “Lahh kok airnya habis sih?! TIDAAAK!”, gue “yah gimana donk! Masa mau di gado mienya”, itu kayak kita tu jadi korban PHP sama mesinya. Deki dengan memasang wajah gundul menawannya langsung memberikan solusi “eh air panas yang dipake buat kopi tadi masih ada kan? Pake itu saja”, gue jawab “kalaupun masih ada emangnya cukup”, disya menyambar, JEGLEERR! “ahh itu mah bisa diatur, yok balik ke markas”.

Kami pulang ke markas dengan membawa buruan kami yang banyak tadi dan berharap si Yayan ini bersiap menyambut dengan menaburkan bunga-bunga di jalan, berhiaskan kembang api dan karpet merah di lantai untuk kami bertiga (lebay banget sih). Tapi sesampainya di kamar ternyata malah kedapatan di Yayan ini lagi tidur pulas, enak bener ya! Screw you!. Tanpa memperduliakannya kami langsung memasak mie gelas yang dari tadi berisik banget minta dimakan. Akhirnya kamipun bisa makan enak di depan TV ber-4 walaupun cuma mie instan. Sesudah kami semuanya makan, kami istirahat sebentar biar makanannya turun dulu, buat nonton TV, poto-poto dsb, hingga jam 4-an kami baru siap-siap berangkat menuju Candi Arjuna.

Jalan menuju Candi Arjuna
Kami  berangkat ke Candi Arjuna dengan berjalan kaki karena emang tempatnya ada di depan homestay Bougenville. Masuk kawasan Candi Arjuna bayar 3000/orang mulai dari pagi jam 7-3 sore, oleh karena itu kami ber-4 berangkat jam 4 sore biar gratiss! Ahaha. Sebelum berangkat gue ambil ransel untuk wadah kamera, selain itu juga buat wadah jaket. #Tips: Bawa jaket selalu, apalagi saat sore menjelang malam#. Jalan menuju Candi Arjuna cukup bagus secara pemandangannya, ada kebun dan gunung. Mumpung lewat dan masih terang, kami memutuskan untuk berfotoria sebentar di area jalan ini. Gue gunakan kamera DSC gue untuk berfoto bersama genk. Untuk menghasilkan foto yang bagus, juga harus di perlukan skill photographer yang mumpuni pula. Karena pada saat itu gue masih amatiran, jadi potonya banyak yang ng-blur gitu, meng-kabur, juga silau.. hehe. Jadi akhirnya gue pakai mode ‘Auto’ sajalah ahaha. Kan gak asik kalo potonya bokeh semua. Karena poto itu bakal jadi sumber kenangan kami ber-4 nantinya. Tapi untuk mem-backup, Deki mengeluarkan smartphone tercintanya untuk berfoto juga, karena kamera HP-nya emang yang paling bagus diantara yang lain. Dan tentu saja ber-selfie juga menjadi menu wajib disini.. hehe.

0 Coretan:

Posting Komentar

Kirim Pesan yuh

foxyform
 
;